Habis Gelap Terbitlah Terang - PenaSella.com

Welcome To PenaSella.com

Selamat datang di PenaSella.com, Mari Membangun Literasi dan Memperkuat Nasionalisme bersama PenasSella.com

Kamis, 31 Oktober 2024

Habis Gelap Terbitlah Terang

Karya : Marfellio Nugraha




Pagi itu, hari Senin 20 April ada anak kecil bernama Sella ,Sella anak usia berumur 7 tahun dia

duduk di bangku kelas 1 SD, dia memliki Nenek yang umurnya sudah 50 tahun,

Mereka hidup berdua, hidup sebatang kara tidak memeliki sodara, pada pagi hari pukul 06:00

Sella bagun dari ranjangnya ia bergas untuk berangkatbke sekolahan, saat Sella sudah siap ia

langsung di antar oleh Nenek dengan sepeda tuanya, Nenek mengayuh sepeda dengan sangata

pelan tetapi itu tidak jadi penghambat untuk Sella berangkat sekolah mereka datang dengan telat

waktu Sella tida lupa untuk salim dan berpamitan kepada sang Nenek


Pukul 07:00 pas sella masuk ke kelas dan duduk paling depan , Tak lama kemuadian Ibu guru

datang dan menyampaikan sesuatu, “ Anak-Anak hari ini kita tidak melaksanakan upacara,

upacara di laksanakan hari selasa” Kata ibu guru. Sella tida tahu apa itu hari kartini, Sella

bertanya tanya, ia bertanya kepada teman sebangkunya tetapi teman tersebut tida tau juga hari apa

itu

“kring kring” suara bel pulang sudah berbunyi, Sella berlari menuju depan gerbang sekolah, ia ta

sabar bertemu dengan nenek dan ia tak sabar juga ingin bertanya nenek tentang hari memperingati

apa itu. Tak lama kemudian Nenek sampai di depan sekolahan, Sella langsung naik ke sepeda tua

itu, di jalan Sella sangat ceria ia bernyanyi di sepanjang jalan,Nenek senang mendengar suara

Sella yang merdu

Sesampainya di rumah Sella langsung ganti baju, Baju sekolah Sella menaruh seragam dengan

baik dan benar karena seragam itu akan di pakai buat pagi harinya, ia mencuci kedua tangan dan

menuju ke ruang keluarga untuk bertemu dengan nenek, “Tanggal 21 April itu hari ape ya Nek?”

tanya Sella, Nenek hanya duduk terdiam, mengingat kembali masa-masa silam ketika ia tidak

tamat SD. Hanya baju putih dan rok warna merah yang kembali muncul dalam sanubari

ingatannya. Tiba-tiba.....

“Ya, hari Minggu atau hmmmm hari Selasa!” jawab Nenek , tanpa mengena pada esensi

pertanyaan cucunya. Yeni pun tak melanjutkan pertanyaannya. Ia tahu benar, tak ada jawaban

yang lebih benar dari pada jawaban nenek tuanya itu.

Ya, ia benar. Memang tanggal 21 April tahun ini jatuh pada hari Selasa tahun ini 2015. Ia tidak

salah sebab ia tidak lagi ingat akan pelajaran sejarah di sekolah dulu. Atau, ia memang tidak

mengenal apa itu Hari Kartini, karena ia mungkin saja tidak pernah sekolah. Yang ia ingat

hanyalah tugasnya setiap hari, Sella sedih dengan jawaban Nenek yang tida memuaskan, Sella

masi bertanya-tanya tentang tanggal 21 itu.


[Nama Belakang] 2

Nenek yang merasa gelisah melihat cucu satu satunya sedih , ia berusaha mengingat kembali

tentang tanggal 21 itu, karna masi belum mengingat nenek menyuruh Sella untuk makan,

Sella tidak ingin makan sebelum pertanyaan itu terjawab, tetapi nenek membujuk Sella agar dia

makan “Abis kami makan,Nenek akan menjawab pertanyaan Sella” bujukan nenek, “Baiklah”

jawaban Sella ke nenek.

Nenek pernah mendengar ketika ada seorang pria yang membicarakan oada tanggal 21, Nenek

mengambil Buku karangan R.A. Kartini berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang.”

Tentu saja Nenek tak pernah tahu persis apa maksudnya itu, selain sekadar meraba-raba artinya.

Nenek peyot itu berusaha mencari maknanya. Menerjemahkan ala orang bodoh dan miskin.

Adakah itu artinya. Tiba-tiba Nenek teringat dengan masa Pemerintahan Soeharto, yang di zaman

itu sering terjadi demonstrasi mahasiswa, penjarahan di mana-mana, rakyat sangat menderita.

Ketika Soeharto Lengser, terbitlah Habibie. Lamunan Nenek kembali. Kalau itu artinya, pikir

Nenek bukankah itu hanyalah sebuah kebenaran umum yang cukup diterima saja? Kehendak

Tuhan yang diawali ketika Ia menciptakan dunia dan mungkin akan diakhiri saat Ia mengirimkan

kiamat di bumi ini?

Menurut Nenek, dengan pikiran sederhananya, bahwa gelap diartikannya sebagai nasib rakyat

kecil yang hidupnya tak seterang orang kaya. Lalu, terang dimaknainya sebagai rasa bahagia

karena kemiskinan itu justru membuatnya tenang. Samar-samar pernah terlihat di televisi orang

kaya seusianya yang bajunya bertuliskan ‘TAHANAN KPK’. Bagi Nenek kemiskinannya tidak

pernah membuatnya menjadi pesakitan seperti orang kaya yang di TV itu. Bisa saja orang miskin

hidupnya terang, dan bisa saja yang kaya hidupnya gelap.

Nenek yang hanya lulusan sekolah dasar itu merasa terharu dengan apa yang terjadi, Nenekntidak

bisa sampai serjanah karena karena ekonomi keluarganyanduku sangat miskin,tetapi Nenek tidak

pernah mengeluh dengan ekonominya dulu hingga sekarang ia selalu bersyukur dengan apa yang

terjadintanpa henti ia selalu mengucapkan terimakasi kepada maha kuasa, ia sangat percaya bila

di suatu hari akan mendatang ia mendapatkan balasan yang lebih baik dari pada ini.

Gaambar-gambar itu saja yang bercerita kepadanya. Sedang sampah dari rumah-rumah kecil,

biasanya hanya berupa sisa batang kangkung, kacang panjang, atau kulit terong yang dibungkus

tas kresek.

Hebatnya, Nenek tak pernah iri dengan semua itu. Apalagi sampai bertanya-tanya kepada Tuhan

mengapa ada orang kaya dan orang miskin. Seperti lagunya Chrisye. Ia tak pernah protes ketika ia

bingung hari ini mau makan apa, sementara makluk-makluk itu kebingungan mau makan di mana.

Baginya, sampah-sampah karton dan kardus itu kadang bisa menghapus kebingungan itu,

manakala ia sudah membawanya ke Pak Solihin, pengepul barang loak itu di Pasar Tengah dan

menukarnya dengan sejumlah uang.

Nenek, mengingat semua tentang pada saat itu Nenek pun suda ingat tentang Hari Kartini

Upacara yang di lakukan menggunakan baju daerah, hari para peria itu seakan menjadi budak di

kaki wanita. Dan, wanita seperti menjadi ratu sehari.

Tiba-tiba, Nenek ingat tentang Hari Kartini seperti yang dinyanyikan. Ya, besok adalah tanggal

21 April adalah Hari Kartini. Lalu, nenek tersenyum. Tanpa disadarinya, bibirnya bersiul: “Ibu

kita Kartini, putri sejati...” Mengingat dan mengucap sepotong-sepotong lagu pendek itu. Ia akan

terus berjuang seperti Kartini sampai akhir hayatnya

“Nek” panggilan Sella, “Nek, Nenek sudah tau hari peringati apa itu belom” tanya sella, Nenek

tersenyum tipis dan sambil menjawab “Nenek sudah mengingat semuanya” jawab nenek “Pada

tanggal 21 april adalah hari memperingati RA Kartini” penjelasan nenek, “Oh begitu” jawab Sella

sudah paham, “ Baiklah, Terimakasih Nek”

kata sera.

“Nek” suara sera di malam hari yang sunyi, “Nek ibu Kartini itu apakag orang yang sangat

hebat?” tanya Sella, Nenek menjawab pertanyaan itu dengan sabar dan halus “Iya, Dia adalah

seorang wanita yang tangguh, apakah Sella tau Ibu R.A Kartini telah membuat para wanita bisa

sekolah, biar nenek critakan ya....” jawab Nenek,


Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang

tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan

perempuan Nusantara. Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-

hak perempuan dan pendidikan perempuan, bentuk-bentuk perjuangan R.A. Kartin adalah

mendirikan sekolah wanita, pemikiran feminisme di Indonesia, dan habis gelap terbitlah terang

Kartini sosok yang rajin belajar dan tahu banyak pengetahuan yang bisa dipelajarinya, termasuk

dari teman-temannya gadis Eropa yang belajar di HBS. Keinginan untuk belajar kemudian

disampaikan kepada orangtuanya, tapi tak disetujui. Dalam salah satu surat yang dikirimkan

kepada Ovink-Soer pada awal 1900, Kartini mengungkapkan jika dirinya ingin belajar ke Eropa,

termasuk kakak dan adikknya. Kartini ingin menjadi guru, supaya dapat mengajarkan kepada

gadis-gadis yang bakal jadi ibu itu lain dari pada pengetahuan, juga arti kasih dan adil, seperti

yang sudah ia ketahui dari orang Eropa.

“Bila dengan sebenarnya hendak memajukan peradaban, maka haruslah kecerdasan pikiran dan

kecerdasan budi sama-sama dimajukan," tulis Kartini.

Bagi Kartini, perempuan dan ibu merupakan orang yang banyak membantu untuk mempertinggi

derajat budi manusia. Dari perempuan atau ibu itulah manusia mendapatkan pendidikannya yang

pertama. Dari ibu mereka kemudian belajar merasa, berpikir, dan berkata. Pendidikan pertama

itulah, kata Kartini, sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang.

Dalam bagian lain, Kartini menegaskan pendidikan sebagai kewajiban yang mulia dan suci.

Seorang pendidik belum selesai jika hanya baru mencerdaskan pikiran saja, tapi juga harus

mendidik budi pekerti. Dalam surat yang ditulis kepada Abendanon, Kartini sangat bergembira

mendengar jika ada pengajaran bagi gadis Bumiputera.

"Dan pengajaran untuk gadis-gadis itu bukan kepada perempuan itu saja akan mendatangkan

rahmat, melainkan kepada masyarakat Bumiputera seluruhnya," tulis Kartini. Penjelasan Nenek,

Sella tersentuh dengan penjelasan nenek “Baiklah nek, Terimakasi atas semua penjelasan yang

Nenek berikan, Sella berjanji Sella akan,”R.A kartini tiada pada tangga berapa ya nek”tanya

Sella, “Usia R.A Kartini tergolong pendek, ia meninggal dunia pada 17 September 1904 di

Rembang. Saat itu, usianya baru menginjak 25 tahun. 7 tahun setelah itu, karibnya yang kala itu

menjabat Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, Mr. J.H. Abendanon

menerbitkan surat-surat Kartini menjadi sebuah buku”jawab nenek dengan lembut belajar dengan

sungguh sungguh agar Sella bisa sukses dan di kenal banyak orang” kata Sella,

Malam semakin larut Nenek menyuruh Sella agar segera cepat tidur karena besok ada Upacara

bendera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar