Karya : Marfellio Nugraha
Pagi itu, hari Senin 20 April ada anak kecil bernama Sella ,Sella anak usia berumur 7 tahun dia
duduk di bangku kelas 1 SD, dia memliki Nenek yang umurnya sudah 50 tahun,
Mereka hidup berdua, hidup sebatang kara tidak memeliki sodara, pada pagi hari pukul 06:00
Sella bagun dari ranjangnya ia bergas untuk berangkatbke sekolahan, saat Sella sudah siap ia
langsung di antar oleh Nenek dengan sepeda tuanya, Nenek mengayuh sepeda dengan sangata
pelan tetapi itu tidak jadi penghambat untuk Sella berangkat sekolah mereka datang dengan telat
waktu Sella tida lupa untuk salim dan berpamitan kepada sang Nenek
Pukul 07:00 pas sella masuk ke kelas dan duduk paling depan , Tak lama kemuadian Ibu guru
datang dan menyampaikan sesuatu, “ Anak-Anak hari ini kita tidak melaksanakan upacara,
upacara di laksanakan hari selasa” Kata ibu guru. Sella tida tahu apa itu hari kartini, Sella
bertanya tanya, ia bertanya kepada teman sebangkunya tetapi teman tersebut tida tau juga hari apa
itu
“kring kring” suara bel pulang sudah berbunyi, Sella berlari menuju depan gerbang sekolah, ia ta
sabar bertemu dengan nenek dan ia tak sabar juga ingin bertanya nenek tentang hari memperingati
apa itu. Tak lama kemudian Nenek sampai di depan sekolahan, Sella langsung naik ke sepeda tua
itu, di jalan Sella sangat ceria ia bernyanyi di sepanjang jalan,Nenek senang mendengar suara
Sella yang merdu
Sesampainya di rumah Sella langsung ganti baju, Baju sekolah Sella menaruh seragam dengan
baik dan benar karena seragam itu akan di pakai buat pagi harinya, ia mencuci kedua tangan dan
menuju ke ruang keluarga untuk bertemu dengan nenek, “Tanggal 21 April itu hari ape ya Nek?”
tanya Sella, Nenek hanya duduk terdiam, mengingat kembali masa-masa silam ketika ia tidak
tamat SD. Hanya baju putih dan rok warna merah yang kembali muncul dalam sanubari
ingatannya. Tiba-tiba.....
“Ya, hari Minggu atau hmmmm hari Selasa!” jawab Nenek , tanpa mengena pada esensi
pertanyaan cucunya. Yeni pun tak melanjutkan pertanyaannya. Ia tahu benar, tak ada jawaban
yang lebih benar dari pada jawaban nenek tuanya itu.
Ya, ia benar. Memang tanggal 21 April tahun ini jatuh pada hari Selasa tahun ini 2015. Ia tidak
salah sebab ia tidak lagi ingat akan pelajaran sejarah di sekolah dulu. Atau, ia memang tidak
mengenal apa itu Hari Kartini, karena ia mungkin saja tidak pernah sekolah. Yang ia ingat
hanyalah tugasnya setiap hari, Sella sedih dengan jawaban Nenek yang tida memuaskan, Sella
masi bertanya-tanya tentang tanggal 21 itu.
[Nama Belakang] 2
Nenek yang merasa gelisah melihat cucu satu satunya sedih , ia berusaha mengingat kembali
tentang tanggal 21 itu, karna masi belum mengingat nenek menyuruh Sella untuk makan,
Sella tidak ingin makan sebelum pertanyaan itu terjawab, tetapi nenek membujuk Sella agar dia
makan “Abis kami makan,Nenek akan menjawab pertanyaan Sella” bujukan nenek, “Baiklah”
jawaban Sella ke nenek.
Nenek pernah mendengar ketika ada seorang pria yang membicarakan oada tanggal 21, Nenek
mengambil Buku karangan R.A. Kartini berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang.”
Tentu saja Nenek tak pernah tahu persis apa maksudnya itu, selain sekadar meraba-raba artinya.
Nenek peyot itu berusaha mencari maknanya. Menerjemahkan ala orang bodoh dan miskin.
Adakah itu artinya. Tiba-tiba Nenek teringat dengan masa Pemerintahan Soeharto, yang di zaman
itu sering terjadi demonstrasi mahasiswa, penjarahan di mana-mana, rakyat sangat menderita.
Ketika Soeharto Lengser, terbitlah Habibie. Lamunan Nenek kembali. Kalau itu artinya, pikir
Nenek bukankah itu hanyalah sebuah kebenaran umum yang cukup diterima saja? Kehendak
Tuhan yang diawali ketika Ia menciptakan dunia dan mungkin akan diakhiri saat Ia mengirimkan
kiamat di bumi ini?
Menurut Nenek, dengan pikiran sederhananya, bahwa gelap diartikannya sebagai nasib rakyat
kecil yang hidupnya tak seterang orang kaya. Lalu, terang dimaknainya sebagai rasa bahagia
karena kemiskinan itu justru membuatnya tenang. Samar-samar pernah terlihat di televisi orang
kaya seusianya yang bajunya bertuliskan ‘TAHANAN KPK’. Bagi Nenek kemiskinannya tidak
pernah membuatnya menjadi pesakitan seperti orang kaya yang di TV itu. Bisa saja orang miskin
hidupnya terang, dan bisa saja yang kaya hidupnya gelap.
Nenek yang hanya lulusan sekolah dasar itu merasa terharu dengan apa yang terjadi, Nenekntidak
bisa sampai serjanah karena karena ekonomi keluarganyanduku sangat miskin,tetapi Nenek tidak
pernah mengeluh dengan ekonominya dulu hingga sekarang ia selalu bersyukur dengan apa yang
terjadintanpa henti ia selalu mengucapkan terimakasi kepada maha kuasa, ia sangat percaya bila
di suatu hari akan mendatang ia mendapatkan balasan yang lebih baik dari pada ini.
Gaambar-gambar itu saja yang bercerita kepadanya. Sedang sampah dari rumah-rumah kecil,
biasanya hanya berupa sisa batang kangkung, kacang panjang, atau kulit terong yang dibungkus
tas kresek.
Hebatnya, Nenek tak pernah iri dengan semua itu. Apalagi sampai bertanya-tanya kepada Tuhan
mengapa ada orang kaya dan orang miskin. Seperti lagunya Chrisye. Ia tak pernah protes ketika ia
bingung hari ini mau makan apa, sementara makluk-makluk itu kebingungan mau makan di mana.
Baginya, sampah-sampah karton dan kardus itu kadang bisa menghapus kebingungan itu,
manakala ia sudah membawanya ke Pak Solihin, pengepul barang loak itu di Pasar Tengah dan
menukarnya dengan sejumlah uang.
Nenek, mengingat semua tentang pada saat itu Nenek pun suda ingat tentang Hari Kartini
Upacara yang di lakukan menggunakan baju daerah, hari para peria itu seakan menjadi budak di
kaki wanita. Dan, wanita seperti menjadi ratu sehari.
Tiba-tiba, Nenek ingat tentang Hari Kartini seperti yang dinyanyikan. Ya, besok adalah tanggal
21 April adalah Hari Kartini. Lalu, nenek tersenyum. Tanpa disadarinya, bibirnya bersiul: “Ibu
kita Kartini, putri sejati...” Mengingat dan mengucap sepotong-sepotong lagu pendek itu. Ia akan
terus berjuang seperti Kartini sampai akhir hayatnya
“Nek” panggilan Sella, “Nek, Nenek sudah tau hari peringati apa itu belom” tanya sella, Nenek
tersenyum tipis dan sambil menjawab “Nenek sudah mengingat semuanya” jawab nenek “Pada
tanggal 21 april adalah hari memperingati RA Kartini” penjelasan nenek, “Oh begitu” jawab Sella
sudah paham, “ Baiklah, Terimakasih Nek”
kata sera.
“Nek” suara sera di malam hari yang sunyi, “Nek ibu Kartini itu apakag orang yang sangat
hebat?” tanya Sella, Nenek menjawab pertanyaan itu dengan sabar dan halus “Iya, Dia adalah
seorang wanita yang tangguh, apakah Sella tau Ibu R.A Kartini telah membuat para wanita bisa
sekolah, biar nenek critakan ya....” jawab Nenek,
Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang
tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan
perempuan Nusantara. Ia adalah seorang aktivis Indonesia terkemuka yang mengadvokasi hak-
hak perempuan dan pendidikan perempuan, bentuk-bentuk perjuangan R.A. Kartin adalah
mendirikan sekolah wanita, pemikiran feminisme di Indonesia, dan habis gelap terbitlah terang
Kartini sosok yang rajin belajar dan tahu banyak pengetahuan yang bisa dipelajarinya, termasuk
dari teman-temannya gadis Eropa yang belajar di HBS. Keinginan untuk belajar kemudian
disampaikan kepada orangtuanya, tapi tak disetujui. Dalam salah satu surat yang dikirimkan
kepada Ovink-Soer pada awal 1900, Kartini mengungkapkan jika dirinya ingin belajar ke Eropa,
termasuk kakak dan adikknya. Kartini ingin menjadi guru, supaya dapat mengajarkan kepada
gadis-gadis yang bakal jadi ibu itu lain dari pada pengetahuan, juga arti kasih dan adil, seperti
yang sudah ia ketahui dari orang Eropa.
“Bila dengan sebenarnya hendak memajukan peradaban, maka haruslah kecerdasan pikiran dan
kecerdasan budi sama-sama dimajukan," tulis Kartini.
Bagi Kartini, perempuan dan ibu merupakan orang yang banyak membantu untuk mempertinggi
derajat budi manusia. Dari perempuan atau ibu itulah manusia mendapatkan pendidikannya yang
pertama. Dari ibu mereka kemudian belajar merasa, berpikir, dan berkata. Pendidikan pertama
itulah, kata Kartini, sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang.
Dalam bagian lain, Kartini menegaskan pendidikan sebagai kewajiban yang mulia dan suci.
Seorang pendidik belum selesai jika hanya baru mencerdaskan pikiran saja, tapi juga harus
mendidik budi pekerti. Dalam surat yang ditulis kepada Abendanon, Kartini sangat bergembira
mendengar jika ada pengajaran bagi gadis Bumiputera.
"Dan pengajaran untuk gadis-gadis itu bukan kepada perempuan itu saja akan mendatangkan
rahmat, melainkan kepada masyarakat Bumiputera seluruhnya," tulis Kartini. Penjelasan Nenek,
Sella tersentuh dengan penjelasan nenek “Baiklah nek, Terimakasi atas semua penjelasan yang
Nenek berikan, Sella berjanji Sella akan,”R.A kartini tiada pada tangga berapa ya nek”tanya
Sella, “Usia R.A Kartini tergolong pendek, ia meninggal dunia pada 17 September 1904 di
Rembang. Saat itu, usianya baru menginjak 25 tahun. 7 tahun setelah itu, karibnya yang kala itu
menjabat Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, Mr. J.H. Abendanon
menerbitkan surat-surat Kartini menjadi sebuah buku”jawab nenek dengan lembut belajar dengan
sungguh sungguh agar Sella bisa sukses dan di kenal banyak orang” kata Sella,
Malam semakin larut Nenek menyuruh Sella agar segera cepat tidur karena besok ada Upacara
bendera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar