Bermula dari Ledakan - PenaSella.com

Welcome To PenaSella.com

Selamat datang di PenaSella.com, Mari Membangun Literasi dan Memperkuat Nasionalisme bersama PenasSella.com

Kamis, 31 Oktober 2024

Bermula dari Ledakan

Oleh : Agung Famuji




Segalanya dimulai pada saat AS resmi meluncurkan program rahasia untuk mengembangkan bom atom, yang tahun sebelumnya telah disetujui dan menghabiskan dana sekitar 2 miliar dollar AS. Dikenal sebagai Proyek Manhattan. Pada 1943, Robet ditunjuk sebagai direktur ilmiah yang merakit bom itu di laboratorium tak tau namanya. Saking rumitnya proyek ini melibatkan fisikawan ternama dari berbagai negara, contohnya Inggris, AS, dan Kanada, selain beberapa peneliti lain yang kabur dari pendudukan Nazi. Setelah kurang lebih dua tahun, target-terget dari daftar kota di Jepang disusun dan dievaluasi, untuh dipilah kota mana yang akan dijatuhi bom atom.

“Dimana? Dimana kita akan menjatukan bom bom itu?” ,kata salah satu peneliti.

Sebuah hal yang awalnya diperingatkan Estes, lantas terus digelorakan hingga menjadi awal sebuah bencana. Tragedi ini pun dimulai. Pada 6 Agustus 1945, Kota Hiroshima di Jepang, berhasil dihancurkan menggunakan bom atom yang dijatuhkan oleh AS. Tiga hari berselang, 9 Agustus 1945, bom kedua kembali dijatuhkan oleh AS di Kota Nagasaki, Jepang. Hal itu dilakukan sebagai balasan bagi Jepang, yang telah menghancurkan banyak armada Pasifik AS yang berbasis di Pearl Harbor pada 7 Desember 1941. AS merasa puas akan hal ini. Jepang tak berdaya setelah jatuhnya kedua bom atom tersebut. Hal ini disebabkan oleh Hiroshima dan Nagasaki merupakan dua kota penting di Jepang. Jepang menyadari kekalahan telah di depan mata, hancurnya martabat dan semangatnya. Melihat kondisi saat itu, Kaisar Jepang memutuskan untuk menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 15 Agustus 1945. Jepang mengakui bahwa mereka tidak sanggup untuk melawan sekutu dari segi apapun. Jepang berusaha untuk menutupi berita kekalahannya terhadap sekutu dari negara-negara lain, khususnya Indonesia, negara jajahannya. Namun, sayangnya informasi ini berhasil terdengar oleh tokoh golongan muda, yaitu Supanto, Janto, Nardi Saleh, dan Sapendi melalui radio.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Berita tentang kekalahan tersebut sangat dirahasiakan oleh Jepang bahkan semua stasiun radio disegel oleh Jepang tetapi tokoh golongan muda yakni Supanto, Janto, Nardi Saleh, dan Sapendi mendengar kabar ini melalui radio. Saat ini para tokoh golongan muda sedang mendengarkan salah satu kabar melalui salah satu saluran radio. Namun mereka tidak hanya berdiam diri saja, dengan cerdiknya mereka memanfaatkan keadaan dan terus menggali strategi.

"Kalian semua dengar itu? Radio telah menginformasikan bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, berarti dinegara kita terjadi kekosongan kekuasaan." ,kata Janto dengan serunya.

"Kalau begitu, jangan menunda-nunda, kita harus mendesak golongan tua terutama Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan!" ,jawab Sapendi dengan penuh semangat.

"Benar itu, Jepang sudah tak ada wewenang lagi di negara kita. Kita harus memanfaatkan momen ini!" ,Nardi Saleh menambahkan ucapan Sapendi.

"Benar sekali Bung." ,Supanto juga ikut membenarkan.

Ditengah pembicaraan, salah satu dari mereka khawatir jika Proklamasi Kemerdekaan diproklamasikan oleh PPKI. Karena PPKI merupakan badan yang dibentuk oleh Jepang, sedangkan mereka tidak ingin ada campur tangan Jepang dalam Proklamasi Kemerdekaan. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk menolak segala bentuk hadiah kemerdekaan dari Jepang karena kita akan menyusun kemerdekaan sendiri. Dua dari mereka bergegas pergi kekediaman Bung Karno untuk menjelaskan persoalan ini kepadanya dan meminta untuk memutuskan segala hubungan dengan Jepang. Dan yang lainnya akan memerintahkan anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari Jepang.

Tanggal 14 Agustus 1945, Nardi Saleh dan Supanto tiba di kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Jakarta, sekitar pukul 21.00 WIB. Keduanya menyampaikan hasil-hasil keputusan rapat serinci mungkin.

"Jadi begini Bung, kemarin kami mendengar berita Jepang menyerah kepada Sekutu di Radio di Bandung. Maka dari itu tadi siang kami dari golongan para pemuda berkumpul untuk mengadakan rapat, keputusannya bahwa semua pemuda setuju agar Bung Karno dan Bung Hatta segera menyusun kemerdekaan Indonesia." ,Supanto menjelaskan maksut kedatangannya.

"Kita tidak bisa begitu saja memproklamasikan kemerdekaan. Kita harus membicarakan dalam rapat PPKI." Ucap Bung Karno.

"Kita tidak mungkin membicarakannya dalam rapat PPKI, karena PPKI dibentuk oleh Jepang dan kemerdekaan Indonesia haruslah dari usaha rakyat Indonesia bukan pemberian bangsa lain." Bantahnya.

Bung Hatta berkata, sudah seharusnya keputusan ini dibahas dalam rapat PPKI. Karena PPKI adalah badan yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan.

"Apakah kita harus menunggu janji Jepang untuk memerdekakan bangsa ini? Kita bisa, Bung. Kita harus bangkit dan memproklamasikan kemerdekaan sendiri. Mengapa harus menunggu janji manis itu? Jepang sendiri bahkan telah kalah dalam 'Perang Suci' nya!" Nardi Saleh ikut bicara.

"Kekuatan segelintir ini takkan mampu mengalahkan armada perang milik Jepang! Coba kau perlihatkan padaku, mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu? Apa tindakanmu untuk menyelamatkan wanita dan anak-anak jika ternyata terjadi pertumpahan darah? Bagaimana cara kita nanti untuk mempertahankan kemerdekaan? Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri." Bung Karno mencoba menjelaskannya.

"Tapi semakin cepat kita memproklamasikan kemerdekaan akan semakin cepat pula kita mengakhiri penderitaan rakyat yang sudah ditanggung selama ini. Inilah yang sudah ditunggu-tunggu bangsa kita!" Kata Supanto.

Akhirnya karena masing-masing mempertahankan pendapatnya, mereka menyudahi pembicaraan dan berpamitan kepada Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka bergegas keluar dengan raut wajah kesal. Sedangkan para anggota golongan tua yang berada di kediaman Bung Karno langsung membicarakan permasalahan tersebut. Para golongan tua kurang setuju akan permintaan mereka, serta menyarankan kepada Bung Karno agar tidak boleh gegabah dan butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Yang terpenting sekarang adalah menghadapi Sekutu yang hendak berniat kembali berkuasa di negeri ini. Selain itu, mereka berpendapat agar masalah kemerdekaan sebaiknya dibicarakan lagi dalam sidang PPKI 18 Agustus mendatang. Para golongan tua mengabaikan permintaan para pemuda, yang mereka anggap masih memiliki pemikiran yang pendek. Dengan demikian usaha para pemuda dengan juru bicara Syahrir untuk membujuk Bung Karno agar segera memproklamasikan kemerdekaan, mengalami kegagalan.

Tanggal 15 Agustus 1945 pada pukul 24.00 WIB golongan muda melakukan rapat di Asrama Baperpi, Jalan Cikini 71. Karena mereka tidak yakin dengan perbincangannya dengan para tokoh golongan tua, mereka pun mencari cara agar proklamasi kemerdekaan tetap dilaksanakan dalam waktu dekat. Mereka mendapat ide yang ukup berani dengan mengasingkan Bung Karno dan Bung Hatta keluar dari Jakarta dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Tepatnya di Rengasdengklok, suatu kota di Kawedanan di Karawang, karena tempat ini merupakan markas PETA di bawah Cudanco Subeno, dan letaknya di bawah komando PETA Purwakarta yang mempunyai hubungan erat dengan Daidan PETA di Jakarta.

Pada pukul 04.00 WIB tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh sekelompok pemuda menuju Rengasdengklok. Rombongan ini berangkat dari kediaman Bung Karno yang dikawal oleh pasukan PETA.Saat ini sekelompok pemuda tersebut sedang berada di depan kediaman Bung Karno yang dipimpin oleh Sarijo. Salah satu pemuda menjelaskan maksud kedatangan mereka ingin membawa Bung Hatta dan Bung Karno untuk bersedia ikut mereka menuju tempat pengasingan untuk diasingkan agar terhindar dari pengaruh dan ancaman bentrok antara rakyat dan Jepang. Bung Hatta pun menuruti kemauan sekelompok pemuda tersebut. Serta meminta agar istri dan anak Bung Karno turut serta ke tempat pengasingan agar aman dari ancaman. Akhirnya sekelompok pemuda tersebut berhasil membawa Ir. Soekarno dan Moh. Hatta serta istri dan anaknya ke tempat yang sudah mereka siapkan.

Pagi hari itu tepatnya pukul 08.00 WIB, para pemimpin di Jakarta panik atas hilangnya Bung Karno dan Bung Hatta secara misterius. Dengan segala kepanikan, mereka membujuk para pemuda untuk buka mulut, kemudian salah satu pemuda memberitahukan dimana keberadaan Bung Karno dan Bung Hatta.

"Baiklah, kami akan menunjukkan tempatnya, di Rengasdengklok." ,Supanto menjawab tanpa mengelak lagi.

Setelah mendapat beberapa kesepakatan. Diutuslah beberapa dari mereka untuk pergi ke Rengasdengklok. Setelah sampai disana, akhirnya menjemput Bung Karno dan kawan-kawan. Selain itu dengan segala perdebatan, mereka berhasil menyakinkan para pemuda untuk tidak berburu-buru memproklamasikan kemerdekaan. Sekitar pukul 23.00 WIB rombongan Bung Karno sampai di Jakarta untuk sesaat pulang ke tempat masing-masing, lalu langsung bergegas menuju rumah salah satu Laksamana Jepang untuk merumuskan naskah proklamasi. Tanggal 16 Agustus 1945 pukul 23.00 WIB, rombongan tiba di Jakarta. Setibanya disana, mereka berbincang-bincang dengan serius untuk menentukan dimana mereka akan melaksanakan prumusan teks proklamasi. Akhirnya diputuskan bahwa, mereka akan meminjam salah satu rumah Laksamana Jepang. Sementara itu, beberapa dari mereka mendatangi kediaman para pemuda untuk mengajak mereka ke rumah salah satu Laksamana Jepang untuk mengajak mereka mengikuti pelaksanaan perumusan proklamasi kemerdekaan, yang sudah lama mereka nanti-nanti dari sejak lama. Bung Karno, Bung Hatta, para golongan tua, anggota PPKI, serta rombongan bergegas menuju rumah salah satu Laksamana Jepang itu. Sesampainya disana, Bung Hatta terheran-heran.

"Silahkan masuk, Bapak-bapak!" ,Laksamana itu mempersilahkan para rombongan untuk masuk ke kediamannya.

"Tunggu dulu, Bagaimana mungkin kita akan merumuskan suatu teks proklamasi di rumah seorang Laksamana Jepang?" ,tanya Bung Hatta dengan herannya.

"Tenanglah, silahkan masuk semua, saya menjamin selama berada di rumah saya, anda sekalian akan terjamin keselamatannya." ,Laksamana menjelaskan akan ketakutan mereka.

"Baiklah, lalu diruangan mana kita dapat merumuskannya?" ,Bung Karno bertanya di ruang mana mereka akan merumuskan teks proklamasinya.

Mereka diantar oleh Laksamana untuk menunjukkan ruangan yang paling cocok untuk perumusan teks proklamasi kemerdekaan. Karena tidak ingin mengganggu mereka, Laksamana pun meninggalkan ruangan tersebut dan membiarkan mereka berdiskusi. Bung Karno menanyakan adakah usulan tentang naskah proklamasi yang akan dibahas, namun tidak ada satupun yang menjawabnya, dan suasana menjadi hening. Sebenarnya Bung Karno sudah memiliki konsep teks proklamasi.

"Untuk mempersingkat waktu, saya sudah memiliki konsep teks proklamasi." ,kata Bung Karno.

"Kalau begitu, bersediakah anda membacakannya Bung?" ,tanya salah satu dari mereka kepada Bung Karno.

"Baiklah, dengan senang hati." ,jawabnya.

Kemudian Bung Karno mulai membacakan konsep teks proklamasi. Setelah selesai dibacakan, Bung Karno mempersilakan mereka untuk menanggapi dan memberi saran. Kemudian salah satu dari mereka menganggkat tangan, dan menyuarakan idenya jika kalimat pertama dalam teks Proklamasi sebaiknya dimbil dari rumusan BPUPKI. Yaitu di bagian yang merupakan pernyataan bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Saran itu diterima oleh Bung Karno, tidak hanya itu saja, kemudian dilanjut Bung Hatta juga mengusulkan jika kalimat kedua sebaiknya diubah menjadi pengalihan kekuasaan. Bung Karno kembali setuju atas saran tersebut. Pembahasan berlanjut saat Bung Hatta bertanya atas nama siapa proklamasi ditulis. Dan siapa yang akan menandatangani teks proklamasi tersebut.

"Lalu atas nama siapa proklamasi ini?" ,Bung Hatta bertanya.

"Karena ini semua berkat jasa-jasa Indonesia berarti 'Atas nama bangsa Indonesia'." ,Bung Karno pun menjawab.

"Ide yang bagus, Bung." ,kata Bung Hatta.

"Bagaimana menurut kalian?" ,tanya Bung Karno meminta persetujuan yang lain.

"Iya, kami setuju." ,ucap mereka semua.

"Lalu menurut kalian, siapa yang akan menandatangani teks proklamasi ini?" ,Bung Karno bertanya kepada mereka.

"Bagaimana jika dibuat seperti Declaration of Independence America." ,Bung Hatta memberikan usulannya.

"Bagaimana maksudnya?" ,tanya yang lain.

"Maksud saya teks tersebut ditandatangani oleh semua yang hadir malam ini." ,Bung Hatta menjelaskannya.

Beberapa orang tidak setuju atas usulan Bung Hatta "Saya tidak setuju jika teks tersebut ditandatangani oleh anggota PPKI." Kata salah satu pemuda menyanggahnya.

"Kenapa Anda tidak setuju?" Heran Bung Karno.

"Menurut saya PPKI dibentuk oleh Jepang dan anggotanya diangkat oleh Jepang padahal kemerdekaan ini kita dapatkan atas usaha bangsa kita sendiri." ,jawab salah satu pemuda menjelaskan maksud perkataannya itu.

"Ya, saya sependapat dengan Anda." ,jawab yang lain.

"Lalu siapa yang akan menandatangani teks tersebut?" ,tanya Bung Karno lagi.

"Bagaimana jika teks proklamasi ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia." ,Nardi Saleh memberikan pendapatnya.

"Baiklah, begitu uga boleh, saya bersedia. Lalu, bagaimana dengan Bung Hatta?" ,Bung Karno lalu bertanya kepada Bung Hatta.

"Ya, dengan senang hati." ,Bung Hatta akhirnya ikut menyetujui.

Berakhirlah pembahsan mereka mengenai teks tersebut. Akhirnya semuanya telah menyetujui naskah proklamasi yang akan diketik. Kemudian naskah proklamasi tersebut diserahkan kepada Malik untuk diketik, dan penandatanganan akan dilakukan setelah naskah selesai diketik.

"Bung, tolong ketikkan naskah ini." ,kata Bung Karno sambil memberikan naskah tersebut kepada Malik.

"Baik Bung, dengan senang hati." ,jawab Malik.

Akhirnya, sesudah naskah teks proklamasi diterima oleh Malik dan dikoreksi kembali olehnya. Beliau mengubah beberapa kata yang ejaannya dianggap kurang tepat. Beberapa kata yang diubah yaitu, kata tempoh menjadi tempo, dan kata Djakarta 17-8-45 menjadi Djakarta hari 17 bulan 8 tahun 05. Agar naskah tersebut sempurna dan sesuai ejaan.

Jumat pagi pukul 10.00 WIB, semua orang telah berkumpul di halaman depan rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta untuk mendengarkan pelaksanaan proklamasi. Bung Karno, Bung Hatta, keluar ke serambi depan rumah diikuti istrinya. Acara pun dimulai. Bung Karno mendekati mikrofon sebelum membacakan proklamasi dan mengucapkan pidato pendahuluan yang sudah disiapkan sebelumnya.

"Saudara-saudara sekalian, saya telah meminta saudara-saudara hadir, disini untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah bangsa kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun."

"Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak ada henti-hentinya. Di dalam zaman Jepang ini, tampaknya kita menyadarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakikatnya kita tetap menyusun tenaga kita sendiri, tetapi kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita dalam tangan kita sendiri."

"Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangannya sendirikan dapat berdiri dengan kuatnya, maka kami tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-muka rakyat Indonesia. Permusyawaratan itu telah seiya-sekata berpendapat bahwa sekaranglah datang waktunya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekat itu. Dengarkanlah proklamasi kami."

Kemudian Ir. Soekarno mulai membacakannya :

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta hari 17 bulan 08 tahun 45 Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno Hatta

"Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita. Mulai saat ini kita menyusun Negara kita. Negara merdeka, Negara Republik Indonesia merdeka. Kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita ini."

Lalu dilanjutkan dengan pengibaran Bendera Merah Putih oleh dua orang pemuda dan dengan diiringi lagu Indonesia Raya oleh semua orang yang hadir. Berita ini disiarkan langsung melalui radio, semua orang pun bergembira akan hal ini. Dengan meriahnya semua orang merayakan keberhasilan para pejuang yang telah melaksanakan tugasnya, sehingga kini Indonesia sudah merdeka dan dikui diseluruh penjuru dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar